Oke, kali ini saya ga akan ngebahas tentang hal ke ‘teknik kimia’ an, kali ini saya akan sedikit sharing
dengan kawan-kawan semua tentang pengalaman saya selama mengikuti komunitas
sosial yaitu Rumah Baca Asma Nadia Lampung, yang merupakan sebuah komunitas non profit yang berkecimpung dalam hal pendidikan
bagi anak-anak yang mempunyai keterbatasan dalam finansial, yang tujuannya
untuk menumbuhkan minat baca bagi masyarakat khususnya bagi anak-anak.
Bermula pada saat saya
dan kawan-kawan komunitas mengisi agenda mingguan yaitu mengunjungi sebuah
pulau yang terletak di seberang pantai ringgung kabupaten pesawaran setiap
sabtu, pulau yang dinamakan pulau Tegal itu oleh masyarakat setempat merupakan
sebuah pulau yang menurut saya cukup terisolasi keberadaannya oleh pemerintah,
betapa tidak? Disana hampir seluruh kepala keluarga berprofesi sebagai nelayan,
dan hampir tidak ada fasilitas-fasilitas yang membangun semisal taman bermain,
toko buku, bahkan tidak ada sekolah, dan tentu saja, mereka tidak mengenal yang
namanya dunia internet, sungguh ironi menurut saya, pulau yang seharusnya bisa
menjadi pusat pariwisata yang cukup bagus prospeknya, karena kondisi pantai
yang masih bersih dan terawat yang sering dijadikan tempat snorkling, tidak banyak memang, hanya oleh para wisatawan yang
mengetahui lokasi pulau tersebut.
Pendidikan formal
merupakan hal yang sangat penting, karena lewat pendidikan formal kita bisa
belajar banyak, khususnya ilmu pengetahuan, yang merupakan sesuatu yang sangat
penting untuk dipelajari mengingat sangat ketatnya persaingan dunia kerja
sekarang ini, untuk bisa mendapatkan hal itu semua, diperlukan sarana dan
prasarana yang bisa mendukung hal tersebut, salah satunya yaitu sekolah dan komponen
pendukung lainnya. Arti penting peran dari sebuah sekolah untuk kemajuan dalam
suatu tempat atau daerah sangat terlihat jelas ketika mengunjungi pulau itu,
disana saya tersadarkan bahwa suatu daerah walau berpotensi, namun tetap saja
tanpa adanya pendidikan dan pengetahuan, daerah tersebut hanya akan menjadi
sebuah ‘alat’, sebuah alat yang bisa digunakan sesuka hati si penggunanya tanpa
ada protes atau tuntutan, miris.
Masih teringat jelas di
benak, ketika saya dan kawan-kawan komunitas akhirnya sampai di pulau Tegal,
pemandangan pertama yang saya lihat adalah seorang bapak yang sedang mengajari
anaknya membuat sebuah rangkaian perahu sembari menggendong anaknya yang masih
kecil, sang anak yang masih berumur kisaran 10 sampai 13 tahun dengan seriusnya
memotong motong kayu yang akan dijadikan rangkaian perahu dengan sebilah golok!
benar... sebuah golok... bukanlah alat tulis, atau buku yang seharusnya ia
pegang, dan sebuah seragam sekolah yang ia kenakan, melainkan kaos bolong dan
celana yang sudah lusuh.
Dan seketika saya
menghampiri anak tersebut setelah saya dan kawan-kawan bersalaman dengan sang
ayah anak tersebut. Sembari memperhatikan, sedikit diselipkan obrolan-obrolan
kecil, seperti menanyakan nama, anak ke berapa, sedang apa, dsb. Sampai ketika
saya menanyakan “kamu uda lama dek buat perahu?”, “ini baru diajarin bapak om”
jawab sang anak, “oh gitu, terus kamu ngapain selain buat perahu?”, kemudian
sang anak menjawab, “palingan berenang di pantai nyari ikan sama kawan-kawan”, “
wah, asik ya, kamu kok ga sekolah dek?”, “enggak, soalnya disini ga ada
sekolah, dulu sempet sekolah, tapi ga kuat karena jauh, dan ga ada biaya buat
ongkosnya”, “jadi disini anak-anaknya ga ada satupun yang sekolah?” tanya saya
heran, “ga ada om, dulu ada sekolah disini, cuma uda jadi kandang kambing
gara-gara ga ada guru yang mau ngajar lagi”, pertanyaan saya hentikan, fikiran
saya melayang layang mengingat betapa tidak bersyukur atas karunia yang Alloh
berikan kepada saya jika dibandingkan dengan anak tersebut yang makan
sehari-hari saja susah apalagi sekolah, mungkin tak pernah terfikirkan olehnya
untuk bisa sekolah lagi seperti anak anak di luar sana yang jauh lebih
beruntung darinya. Sembari melihat ayunan bilah golok anak tersebut yang
menebas-nebas kayu yang seakan protes pada kerasnya hidup yang membuat saya
tersentak dan merasa menjadi manusia yang sangat tidak bersyukur selama ini, sungguh
pelajaran berharga.... Terima kasih adik kecil :’)
“No matter how good or
bad you think life is, wake up each day and be thankful for life, someone somewhere else is fighting to
survive” #quote
***To Be Continue......
Masih to be continue......lanjutkan
BalasHapusMmmmmmmmmmmmmmmmm
BalasHapusSeriussssss,lanjutkan sampai seruan seruan mulia adik adik d sna gmna
BalasHapusHmmmm hmmmmm :p
BalasHapus