Minggu, 12 Juli 2015

Seruan Mulia Dari Pulau Seberang #part 2

Assalamu’alaikum…

Eghem… Sebenarnya sudah sangat ingin saya menyelesaikan tulisan lanjutan mengenai artikel ini menyambung dari artikel yang pertama dengan tema dan cerita yang masih sama, yaitu mengangkat cerita tentang sebuah pulau yang masih terisolir kondisinya terutama di bidang pendidikan yang jadi fokus utama dalam tulisan saya kali ini. Namun, karena kesibukan lain yang lumayan menguras banyak fikiran dan tenaga sehingga baru terealisasi sekarang, hehehe.

Baiklah, cerita berlanjut ketika saya dan teman teman Rumah Baca Asma Nadia Lampung lainnya melanjutkan perjalanan menyusuri pulau tersebut, pemandangan yang terlihat disana ialah banyaknya pepohonan kelapa yang menjadi mayoritas disana, dan rumah penduduk yang rata-rata hanya terbuat dari geribik atau anyaman bambu, suasananya pun sepi senyap seperti tak berpenghuni, tak heran karena memang pulau ini memang minim sekali fasilitas fasilitas yang membangun, ditambah lagi penduduknya yang sedikit dan kebanyakan pergi melaut untuk mencari nafkah, karena bagi mereka lautlah sumber rezeki mereka, jadi tak heran jika suasana disana amatlah sepi.

Namun hal itu bukan penghalang untuk sedikit berbagi ilmu disana, langkah awal kami mengunjungi tempat yang katanya sempat dijadikan tempat belajar bagi anak-anak, dulu… Ketika masih ada guru yang mengajar disana, anak-anak sangat antusias sekali untuk belajar, itu terlihat dari banyaknya buku-buku  dan alat-alat tulis yang tersedia, papan tulis yang tulisannya belum terhapus bekas dipakai belajar, dan juga buku-buku pelajaran yang masih berada diatas meja. Namun karena sudah lama tempat itu vakum dari dunia pembelajaran sehingga kondisinya sudah berubah menjadi tempat yang kotor, berdebu, dan berantakan sekali, bahkan sempat dijadikan gudang dan kandang kambing bagi penduduk setempat, dan kami pun berinisiatif untuk sedikit merapikan tempat tersebut.

Singkat cerita, kami melanjutkan aktifitas setelah membantu merapikan tempat belajar dan sempat sempatnya mencari kelapa muda dan sedikit merepotkan penduduk disana untuk membantu mencarikan, hehe… Karena sangat disayangkan jika sudah sampai disana dan tidak mencicipi kelapa muda yang melimpah ditambah lagi teriknya panas di dekat pantai sehingga godaan kelapa muda sangatlah terasa disana… hahaha.

Halaman gedung belajar pun kami jadikan tempat untuk aktifitas selanjutnya, tujuannya supaya belajar lebih menyenangkan dan dekat dengan alam. Rangkaian pembelajaran disajikan dengan segenap kemampuan kami, mulai dari membaca buku bersama, bercerita, games, bernyanyi, dsb. Anak-anak yang mayoritas masih berumur 5-12 tahun sangatlah antusias ketika kami mengajak belajar bersama, tak sedikitpun terlihat dari wajah mereka untuk enggan belajar, mereka sangatlah bersemangat !!! Tak percuma kami rasakan jauh-jauh menyeberangi laut untuk datang ke pulau itu, kepuasan batin dan senangnya hati ketika melihat anak-anak itu bisa tertawa dan belajar bersama... Menyenangkan hati bisa pergi kesana kawan, bahagia itu sederhana ya J

Sampai suatu ketika sesi pengenalan, masih sangat terekam jelas di benak saya ketika anak-anak tersebut mengenalkan nama mereka masing-masing, umur, hobi, dan cita-cita, cita-cita mereka sangatlah beragam, mulai ingin jadi pilot, dokter, guru, dll, sempat saya dan kawan-kawan tergelak tertawa ketika salah satu anak menyampaikan cita-citanya, yaitu menjadi orang kaya, hahaha cita-cita yang simple oleh anak yang masih berusia 5 tahun tetapi berhasil membuat kami tertawa lepas :D

Dan satu hal yang masih terekam jelas di benak saya sampai sekarang dan semakin terkagum kagum dengan anak-anak tersebut adalah ketika salah seorang gadis kecil yang dengan kesederhanannya dan tak muluk muluk menyampaikan cita citanya menjadi seorang guru ngaji, tak pernah sekalipun saya selama 21 tahun ketika itu mendengar ada anak yang bercita-cita ingin menjadi seorang guru ngaji, profesi yang menurut saya mungkin sekarang terbilang sangat jarang ada yang menginginkan, tapi anak itu dengan sederhanya dan jelas mengatakan bahwa ia ingin menjadi seorang guru ngaji, ketika banyak orang di luar sana berlomba-lomba untuk menjadi yang tertinggi dengan puncak jabatan atau profesi yang selangit, tapi berbeda dengan anak itu… Yang dengan polosnya hanya ingin menjadi seorang guru ngaji di pulau yang ia tempati, sungguh mulia hatimu hei gadis kecil J, lagi lagi kalian berhasil memberikan saya kejutan hei anak-anak luar biasa, terima kasih banyak, terima kasih untuk ilmu yang lebih dari berharga J, dan perjalanan hari itu pun kami tutup dengan perasaan riang gembira dibalut dengan alunan lagu cilik yang dinyanyikan bersama J

Mana satu... Mana satu…
Yang ini… Yang ini…
***
Dadah sampai jumpa… Dadah sampai jumpa…
Bertepuk… Bertepuk…

See you next time guys {}


“ Siapa yang keluar mencari ilmu dan ia berniat akan mengamalkan dengan ilmunya niscaya ilmunya memberi manfaat akan dia, walaupun hanya sedikit ilmu yang dicapainya “
(Abul Hasan al-Waa’izh)


Sabtu, 31 Januari 2015

Seruan Mulia Dari Pulau Seberang



Oke, kali ini saya ga akan ngebahas tentang hal ke ‘teknik kimia’ an, kali ini saya akan sedikit sharing dengan kawan-kawan semua tentang pengalaman saya selama mengikuti komunitas sosial yaitu Rumah Baca Asma Nadia Lampung, yang merupakan sebuah komunitas non profit yang berkecimpung dalam hal pendidikan bagi anak-anak yang mempunyai keterbatasan dalam finansial, yang tujuannya untuk menumbuhkan minat baca bagi masyarakat khususnya bagi anak-anak.

Bermula pada saat saya dan kawan-kawan komunitas mengisi agenda mingguan yaitu mengunjungi sebuah pulau yang terletak di seberang pantai ringgung kabupaten pesawaran setiap sabtu, pulau yang dinamakan pulau Tegal itu oleh masyarakat setempat merupakan sebuah pulau yang menurut saya cukup terisolasi keberadaannya oleh pemerintah, betapa tidak? Disana hampir seluruh kepala keluarga berprofesi sebagai nelayan, dan hampir tidak ada fasilitas-fasilitas yang membangun semisal taman bermain, toko buku, bahkan tidak ada sekolah, dan tentu saja, mereka tidak mengenal yang namanya dunia internet, sungguh ironi menurut saya, pulau yang seharusnya bisa menjadi pusat pariwisata yang cukup bagus prospeknya, karena kondisi pantai yang masih bersih dan terawat yang sering dijadikan tempat snorkling, tidak banyak memang, hanya oleh para wisatawan yang mengetahui lokasi pulau tersebut.

Pendidikan formal merupakan hal yang sangat penting, karena lewat pendidikan formal kita bisa belajar banyak, khususnya ilmu pengetahuan, yang merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari mengingat sangat ketatnya persaingan dunia kerja sekarang ini, untuk bisa mendapatkan hal itu semua, diperlukan sarana dan prasarana yang bisa mendukung hal tersebut, salah satunya yaitu sekolah dan komponen pendukung lainnya. Arti penting peran dari sebuah sekolah untuk kemajuan dalam suatu tempat atau daerah sangat terlihat jelas ketika mengunjungi pulau itu, disana saya tersadarkan bahwa suatu daerah walau berpotensi, namun tetap saja tanpa adanya pendidikan dan pengetahuan, daerah tersebut hanya akan menjadi sebuah ‘alat’, sebuah alat yang bisa digunakan sesuka hati si penggunanya tanpa ada protes atau tuntutan, miris.
Masih teringat jelas di benak, ketika saya dan kawan-kawan komunitas akhirnya sampai di pulau Tegal, pemandangan pertama yang saya lihat adalah seorang bapak yang sedang mengajari anaknya membuat sebuah rangkaian perahu sembari menggendong anaknya yang masih kecil, sang anak yang masih berumur kisaran 10 sampai 13 tahun dengan seriusnya memotong motong kayu yang akan dijadikan rangkaian perahu dengan sebilah golok! benar... sebuah golok... bukanlah alat tulis, atau buku yang seharusnya ia pegang, dan sebuah seragam sekolah yang ia kenakan, melainkan kaos bolong dan celana yang sudah lusuh.

Dan seketika saya menghampiri anak tersebut setelah saya dan kawan-kawan bersalaman dengan sang ayah anak tersebut. Sembari memperhatikan, sedikit diselipkan obrolan-obrolan kecil, seperti menanyakan nama, anak ke berapa, sedang apa, dsb. Sampai ketika saya menanyakan “kamu uda lama dek buat perahu?”, “ini baru diajarin bapak om” jawab sang anak, “oh gitu, terus kamu ngapain selain buat perahu?”, kemudian sang anak menjawab, “palingan berenang di pantai nyari ikan sama kawan-kawan”, “ wah, asik ya, kamu kok ga sekolah dek?”, “enggak, soalnya disini ga ada sekolah, dulu sempet sekolah, tapi ga kuat karena jauh, dan ga ada biaya buat ongkosnya”, “jadi disini anak-anaknya ga ada satupun yang sekolah?” tanya saya heran, “ga ada om, dulu ada sekolah disini, cuma uda jadi kandang kambing gara-gara ga ada guru yang mau ngajar lagi”, pertanyaan saya hentikan, fikiran saya melayang layang mengingat betapa tidak bersyukur atas karunia yang Alloh berikan kepada saya jika dibandingkan dengan anak tersebut yang makan sehari-hari saja susah apalagi sekolah, mungkin tak pernah terfikirkan olehnya untuk bisa sekolah lagi seperti anak anak di luar sana yang jauh lebih beruntung darinya. Sembari melihat ayunan bilah golok anak tersebut yang menebas-nebas kayu yang seakan protes pada kerasnya hidup yang membuat saya tersentak dan merasa menjadi manusia yang sangat tidak bersyukur selama ini, sungguh pelajaran berharga.... Terima kasih adik kecil :’)



“No matter how good or bad you think life is, wake up each day and be thankful for life, someone somewhere else is fighting to survive” #quote

***To Be Continue......